
Saat ini, hampir semua aktivitas—dari perbankan hingga belanja—dilakukan secara online. Namun, setiap kali Anda memasukkan kredensial ke dalam sebuah website, Anda sebenarnya sedang mempercayakan data Anda kepada sistem di balik situs tersebut. Sayangnya, tidak semua situs bisa dipercaya.
Website berbahaya sering kali dirancang menyerupai situs resmi, dengan satu tujuan: mencuri informasi pribadi atau keuangan Anda. Inilah mengapa mengenali tanda-tanda situs yang mencurigakan sangat penting sebelum Anda login atau mengisi data apa pun.
Berikut ini beberapa tanda umum yang dapat membantu Anda mengidentifikasi website berbahaya agar Anda tidak menjadi korban kejahatan siber.
1. Periksa Apakah Menggunakan HTTPS
Langkah pertama dan paling mudah adalah memeriksa apakah situs menggunakan protokol HTTPS. Huruf “S” menunjukkan bahwa data yang dikirim antara Anda dan server dienkripsi, sehingga lebih aman dari penyadapan.
Namun, jangan tertipu—meskipun HTTPS penting, bukan berarti semua situs HTTPS itu aman. Banyak situs phishing sekarang juga menggunakan HTTPS, jadi ini hanya langkah awal, bukan satu-satunya acuan.
2. Perhatikan Alamat Domain dengan Teliti
Website palsu sering menggunakan domain yang hampir mirip dengan situs aslinya. Contoh: paypa1.com
atau amaz0n.net
. Triknya sederhana, yaitu mengganti satu huruf atau menggunakan ekstensi domain yang berbeda.
Pastikan Anda mengetik alamat situs secara manual atau gunakan bookmark yang sudah Anda simpan sebelumnya. Hindari mengklik tautan dari email atau pesan instan jika Anda belum yakin sumbernya.
3. Cek Desain dan Bahasa Halaman
Situs resmi biasanya memiliki tampilan yang profesional dan konsisten, baik dari sisi desain maupun penggunaan bahasa. Website palsu cenderung memiliki tata letak yang janggal, logo buram, atau teks dengan kesalahan ejaan dan tata bahasa yang mencolok.
Jika Anda merasa ada yang “tidak beres” dari penampilan situs tersebut, lebih baik tinggalkan dan cari saluran resmi untuk akses.
4. Hindari Situs yang Terlalu Memaksa untuk Login
Website yang langsung meminta Anda login tanpa konteks atau tidak memberikan informasi lebih dulu patut dicurigai. Apalagi jika Anda tidak sedang melakukan sesi login secara sadar, misalnya hanya mengklik tautan dari email promosi yang mencurigakan.
Hindari juga situs yang tidak memberi opsi “Lupa password” atau halaman bantuan lainnya—fitur seperti ini umumnya tersedia di situs resmi.
5. Waspadai Iklan Pop-up dan Redirect Tidak Jelas
Situs berbahaya sering kali dipenuhi iklan pop-up yang mencoba mengarahkan Anda ke situs lain. Beberapa bahkan otomatis mengunduh file ke perangkat Anda.
Jika Anda tiba-tiba diarahkan ke halaman lain tanpa mengklik apa pun, atau muncul banyak iklan dengan tawaran yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, sebaiknya segera tutup tab tersebut.
6. Gunakan Tools untuk Memeriksa Reputasi Situs
Ada banyak layanan online yang bisa Anda gunakan untuk memverifikasi reputasi situs, seperti Google Safe Browsing, VirusTotal, atau ekstensi browser seperti Web of Trust (WOT).
Tool-tool ini dapat membantu Anda memeriksa apakah situs pernah dilaporkan sebagai phishing, mengandung malware, atau punya reputasi buruk dari pengguna lain.
7. Lihat Informasi Kontak dan Legalitas
Situs tepercaya biasanya menyediakan halaman “Tentang Kami”, kontak resmi, alamat kantor, atau kebijakan privasi yang jelas. Website palsu sering kali minim informasi atau malah tidak mencantumkan apa pun selain halaman login.
Kurangnya transparansi adalah tanda merah yang tak boleh diabaikan.
Jangan sampai Anda kehilangan akses ke akun atau informasi pribadi hanya karena terburu-buru login ke sebuah situs. Mengenali ciri-ciri website berbahaya adalah keterampilan dasar yang wajib dimiliki oleh siapa pun yang aktif di dunia digital.
Ingat, peretas tidak hanya mengandalkan celah teknologi—mereka juga mengeksploitasi kelengahan pengguna. Maka dari itu, jadikan kehati-hatian sebagai kebiasaan setiap kali Anda online.